Minggu, 03 Juni 2012

PANDUAN MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK

Penulis-Bulukumba (Pb) 



1. Pendahuluan

PANDUAN MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK – Paradigma tugas guru mulai berubah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan tugas guru sebagai pengajar. Hal itu berubah di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yakni tugas guru mendidik. Untuk melaksanakan tugas mendidik itu ditegaskan oleh Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa guru wajib memiliki empat kompetensi. Keempat kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian.

Sebagai pendidik yang memiliki kompetensi profesional, guru membuktikannya dengan sertifikat. Sertifikat itu didapat melalui kegiatan sertifikasi guru. Peraturan  Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2006 tentang Sertifikasi Guru menyatakan bawa guru harus mengumpulkan dokumen untuk pengisi portofolio. Salah satu dari komponen portofolio itu adalah pengembangan profesi. Salah satu dari komponen pengembangan profesi itu adalah laporan penelitian tindakan kelas.

Berdasarkan hal itu, penelitian tindakan kelas (PTK) menjadi penting bagi guru. Ada semacam kemutlakan bahwa guru harus melakukan kegiatan ini. Bahan sederhana ini merupakan sumbangan kepada sejawat guru untuk melakukan PTK. Panduan sederhana bagi guru untuk dapat melakukan penelitian tindakan kelas. Dengan  membaca bahan ini, kesulitan-kesulitan yang selama ini dialami guru ketika melakukan PTK, mudah-mudahan teratasi.

Bahan sajian ini ditulis dalam dua bagian atau dua garis besar isi. Bagian pertama membahas konsep-konsep dasar penelitian tindakan kelas. Bagian ini dimaksudkan untuk mengantarkan pembaca ke tingkat pemahaman konsep menuju penerapan atau aplikasi. Konsep-konsep disajikan secara sederhana, secara lugas, dan diiringi dengan contoh-contoh kongkret. Dengan penyajian dan contoh itu memungkinkan guru dapat memahami konsep dengan mudah. Selain itu, bagian ini juga disajikan secara bervariasi dan menghimpun sejumlah pendapat pakar tentang konsep penelitian tindakan kelas. Pendapat-pendapat itu ditampilkan untuk meletakkan pemahaman dasar tentang konsep penelitian tindakan kelas. Dengan demikian pembaca akan dapat membuat konklusi dari  sajian ini.

Bagian kedua adalah bagian penerapan. Bagian ini membukakan jalan bagi sejawat guru untuk melangkah menuju kegiatan PTK. Kegiatan diawali dengan menyusun perencanaan atau proposal penelitian tindakan kelas. Dari mana dan bagaimana memulai kegiatan penelitian tindakan kelas, dijelaskan pada bagian ini. Selanjutnya dijelaskan dalam bentuk pelatihan-pelatihan praktis secara bertahap dan berkesinambungan. Guru dipandu melangkah secara bertahap, selangkah demi selangkah, hingga sampai ke pelaksanaan tindakan dan penyusunan laporan.

Dengan dua garis besar sajian ini, diharapkan guru bukan saja memahami konsep dan teknik penelitian tindakan kelas, tetapi lebih dari itu, yakni guru akrab dan terbiasa melakukan kegiatan ini. Tentu saja hal ini kembali berpulang kepada sejawat guru dalam aplikasinya.

Ada tujuh tujuan yang ingin dicapai dengan sajian ini. Ketujuh tujuan itu adalah agar peserta kegiatan ini mampu: (1) menjelaskan konsep dasar dan pengertian penelitian tindakan kelas;  (2) mengungkapkan karakteristik penelitian tindakan kelas; (3) menjelaskan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas; (4) mengungkapkan tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas; (5) mendeskripsikan prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas; (6) mengidentifikasi masalah yang dapat diteliti; dan (7) menyusun rencana (proposal) penelitian tindakan kelas.

2. Uraian Materi

2.1 Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu upaya dari pihak terkait, khususnya guru sebagai pengajar, untuk meningkatkan atau memperbaiki proses belajar mengajar ke arah tercapainya tujuan pendidikan atau pengajaran itu sendiri. Masalah penelitiannya bersumber dari lingkungan kelas yang dirasakan sendiri oleh guru untuk diperbaiki, dievaluasi dan akhirnya dibuat suatu keputusan sebagai solusi dan dilaksanakan suatu tindakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran tersebut (Indrawati, dkk. 2001:10).

Pada dasarnya, guru telah melaksanakan penelitian ini. Guru yang piawai, senantiasa melakukan perbaikan terhadap pembelajaran yang dilakukannya. Jika hari ini guru kurang puas dengan proses pembelajaran yang dilakukan, dia berusaha memperbaikinya untuk besok, dan begitu seterusnya. Ketidakpuasan guru dalam proses pembelajaran adalah mencirikan adanya masalah. Masalah tersebut muncul dari lingkungan kelas. Hal itu dirasakan sendiri oleh guru untuk diperbaiki.  Dengan kegiatan itu, pada hakikatnya, guru telah melakukan penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas adalah salah satu usaha untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan.

Dengan demikian, konsep dasar PTK adalah: (a) mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelas; (b) mengatasi masalah-masalah yang ada di kelas.

Guru sebagai peneliti dalam PTK, pertama-tama mencari masalah yang dihadapi di kelasnya. Masalah itu ditemukan di dalam pembelajaran, bukan di luar pembelajaran. Kemudian, masalah itu dikaji, dibahas, terutama hal-hal yang berhubungan dengan akibat atau dampaknya, cara mengatasinya, dan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Jadi, peneliti menemukan hal yang harus diperbaiki dan menggunakan tindakan untuk mengatasinya.

Suyanto dalam Depdiknas (2004) menyatakan,

“Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.”

PTK dikatakan bersifat reflektif karena guru sebagai peneliti selalu memikirkan apa dan mengapa satu dampak tindakan terjadi di kelas. Dari pemikiran itu kemudian dicarikan pemecahannya. Pemecahan tersebut berupa tindakan-tindakan. Sebelum tindakan dilakukan harus ada perencanaan terlebih dahulu. Pada perencanaan inilah terletaknya perbedaan antara yang biasa dilakukan guru dengan PTK yang sebenarnya. Bedasarkan hal itu, Depdiknas mengungkapkan bahwa PTK merupakan: (a) bentuk kajian yang sistematis reflektif; (b) dilakukan oleh pelaku tindakan atau guru; (c) dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran.

Wujud pelaksanaan PTK meliputi sejumlah kegiatan penting. Kegiatan itu adalah: refleksi awal, perencanaan, tindakan, observasi untuk keperluan evaluasi. Selanjutnya dilakukan refleksi terhadap hasil tindakan. Begitulah seterusnya sampai memenuhi siklus yang direncanakan. Refleksi awal dimaksudkan untuk menemukan masalah-masalah yang harus dipecahkan. Hasil refleksi itu menjadi acuan untuk menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan itu berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah. Sedangkan tindakan adalah kegiatan memilih alternatif terbaik dan kemudian melakukan tindakan sesuai dengan alternatif pilihan itu. Observasi dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang tindakan-tindakan yang dilakukan. Data-data itu kemudian dijadikan sebagai bahan evaluasi. Sedangkan refleksi akhir dimaksudkan untuk melihat kembali masalah-masalah yang telah terselesaikan dana masalah-masalah baru yang timbul karenanya.

2.2 Karakteristik PTK

Indrawati (2001:11) mengungkapkan sepuluh karateristik PTK. Kesepuluh karakteristik itu adalah seperti betikut ini.

(1) Masalah yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus berasal dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Permasalahan penelitian hendaknya bersifa kontekstual dan spesifik.

(2) Tujuan utama PTK adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik-praktik pembelajaran secara langsung ketimbang menghasilkan pengetahuan baru

(3) PTK berlingkup makro, dilakukan dalam lingkup kecil, bisa satu kelas atau beberpa kelas di satu sekolah sehingga tidak terlalu menghiraukan kerepresentatifan sampel. Istilah sampel dan populasi tidak diperlukan dalam PTK, karena hasilnya bukan untuk digeneralisasi.

(4) Hasil atau temuan PTK adalah pemahaman yang mendalam (komprehensif) mengenai kehidupan/fenomena pembelajaran di kelas.

(5)  PTK bersifat praktis dan langsung, relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja atau dunia pendidikan.

(6)  Pada PTK, peneliti (guru) tetap melaksanakan tugas mengajarnya sehari-hari di kelas, dan guru sebagai peneliti dapat melakukan perubahan-perubahan atau pemecahan masalah untuk memperbaiki atau meningkatkan pembelajaran.

(7) PTK adalah jenis penelitian terapan yang melibatkan peneliti secara aktif dan langsung, mulai dari pembuatan rancangan penelitian, rencana tindakan, hingga pada penerapannya dengan modifikasi  intervensi yang sesuai dengan perkembangan kelas.

(8) PTK bersifat fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan-perubahan selama dalam masa penelitian, tidak menghiraukan kontrol demi kepentingan pelaksanaan yang lebih terfokus pada penelitian (on the spot experimentation) dan inovasi.

(9)  PTK dapat dilaksanakan secara koloboratif, yaitu kerjasama di antara guru dan teman sejawat, atau kepala sekolah dan pakar pendidikan, untuk berbagi kepakaran dan pemahaman terhadap  fenomena yang diteliti. PTK juga dapat dilakukan secara individual (oleh hanya seorang peneliti), dan atau dalam bentuk tim peneliti.

(10)PTK dilaksanakan dengan langkah-langkah berupa siklus yang sistematis, dengan urutan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Depdiknas (2003) menyebutkan  tiga karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK). Ketiga karakteristik  itu adalah: (1) permasalahan diangkat dari dalam kelas; (2) penelitian bersifat kolaboratif; dan (3) adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki pembelajaran.

Permasalahan PTK harus diangkat dari dalam kelas. Bukan masalah di luar kelas. Artinya, masalah-masalah yang menjadi dasar dari PTK adalah masalah interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran, bukan yang berada di luar itu. Jika tempat tinggal anak jauh dari sekolah, kemudian pembelajarannya terganggu, itu bukan masalah PTK. Akan tetapi, anak tidak mau mengajukan pertanyaan di kelas, ia cendrung pasif, itu dapat dijadikan masalah PTK. Tegasnya masalah PTK adalah masalah yang salusinya dapat ditemukan oleh guru melalui tindakan-tindakan.

Penelitian bersifat kolaboratif. Artinya penelitian dilakukan bersama oleh guru, baik sesama guru, maupun bersama kolaborator lain seperti dosen, widyaiswara, dan sebagainya. Kolaborasi dilakukan dalam rangka saling memberi dan saling membantu. Saling memberi maksudnya, jika seorang guru tampil dalam pembelajaran, guru lain atau kolaborator lain dapat mengamati. Dari pengamatan itu akan diperoleh masukan untuk perbaikan atau motivasi dari hal-hal yang telah baik. Selanjutnya hal yang telah baik itu dikembangkan.

Di dalam PTK ada tindakan, ada tindakan tertentu untuk melakukan perbaikan. Perbaikan di dalam PTK bukan berupa teori, anjuran, dan saran. Akan tetapi, perbaikan di dalam PTK berupa tindakan, perlakuan yang benar-benar menjurus atau mengarah kepada perbaikan. Bisa saja tindakan itu berasal dari teori tertentu, tetapi bukan teorinya yang lebih penting, tetapi tindakannya. Sejauh mana kemangkusan suatu tindakan untuk memecahkan masalah, itulah hakikat tindakan tersebut.

2.3 Prinsip-prinsip PTK

Ada enam prinsip PTK. Keenam prinsip itu adalah:

(1) PTK yang dilaksanakan oleh guru hendaknya tidak mengganggu tugas utama guru dalam melaksanakan proses belajar mengajarnya.

(2) Metode pengumpulan data tidak menyita waktu guru dalam mengajar.

(3) Metodologi yang digunakan harus reliabel sehingga memunginkan guru dapat mengembangkan PBM dan meerapkannya di kelas lain.

(4) Masalah yang diteliti hendaknya jangan terlalu luas dan kompleks sehingga dapat dipecahkan sendiri oleh guru melalui pelaksanaan PTK.

(5) Pemecahan masalah hendaknya mengacu pada kebutuhan guru sebagai peneliti, namun tetap memperhatikan prosedur yang harus ditempuh di lingkungan kerja.

(6) Jika memungkinkan, PTK dilakukan untuk meningkatkan upaya pencapaian tujuan atau prioritas sekolah di masa datang.

2.4 Tujuan dan Manfaat PTK

Ada lima tujuan PTK. Kelima tujuan itu adalah: (1) memperbaiki praksis pembelajaran di kelas; (2) meningkatkan kualitas proses pembelajaran; (3) meningkatkan kualitas hasil pembelajaran; (4) meningkatkan pelayanan sekolah terhadap pembelajar; (5) meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran.

Sedangkan manfaat PTK adalah: (1) inovasi pembelajaran; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah; (3) peningkatan profesionalisme guru; (4) pengoptimalan pelayanan kepada pebelajar.

2.5 Prosedur Pelaksanaan PTK

Prosedur PTK terdiri dari empat langkah utama. Keempat langkah utama itu adalah perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Menurut Djojosuroto (2004: 146), keempat prosedur itu dapat dijabarkan seperti berikut ini:

(1)   Melaksanakan survei terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Teknik yang digunakan: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, tes, atau teknik lain

(2)   Mengidentifikasi berbagai masalah yang dirasakan perlu untuk segera dipecahkan. Misalnya: siswa sangat pasif  selama pembelajaran

(3)    Merumuskan secara jelas, dengan disertai penjelasan tentang penyebab-penyebabnya. Misalnya siswa sangat pasif selama pembelajaran karena dalam memimpin pembelajaran guru hanya menggunakan teknik ceramah.

(4)  Merencanakan tindakan   untuk mengtasi masalah yang muncul tersebut. Misalnya untuk pelajaran bahasa Indonesia guru menerapkan teknik bermain peran (role play) dengan mempertimbangkan bahwa dengan teknik tersebut siswa dapat mengembangkan keterampilan berbahasa dengan ragam yang dikehendaki.

(5)    Melaksanakan tindakan, yang dalam contoh di atas ialah menerapkan teknik bermain peran dalam pelajaran bahasa Indonesia.

(6)   Melakukan pengamatan terhadap kinerja dan perilaku siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahaui ada tidaknya perubahan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

(7)  Menganalisis dan merefleksi: menjelaskan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tindakan. Misalnya dengan teknik bermain peran siswa mulai menammpakkan keberaniannya menggunakan bahasa Indonesia dengan ragam tertentu. Masalahnya: mereka masih terkesan malu-malu kucing.

(8)   Melakukan perencanaan tindakan ulang untuk meningkatkan kualitas kinerja seperti yang dihendaki dan/atau memecahkan masalah yang tersisa, yang di dalam contoh di atas adalah rasa malu-malu kucing. Ketika sampai ke langkah yang kedelapan ini, peneliti sudah memasuki siklus yang kedua.

Maryunis (2002) menyatakan rangkaian kegiatan dalam prosedur PTK yaitu: (1) merasakan ada yang ‘tidak beres’; (2) memperjelas masalah; (3) merencanakan tindakan; (4) melaksanakan tindakan; (5) mengamati perubahan yang terjadi; dan (6) merenungkan hasil-hasil pengamatan untuk bahan perencanaan berikutnya. Hal itu pada hakikatnya sama dengan yang dikemukakan oleh Djojosuroto di atas.

Prosedur awal dari PTK adalah merasakan ada sesuatu yang ‘tidak beres’.  Jika ada sesuatu yang tidak beres, pertanda ada masalah. Tentu saja masalah itu bukan satu, mungkin lebih dari satu. Oleh karena itu, peneliti (guru) perlu mencari fokus masalah yaitu masalah yang dianggap paling utama. Fokus masalah itu dianalisis oleh peneliti. Inti analisisnya adalah mengungkapkan faktor penyebab masalah, memprediksi implikasi (akibat yang bisa timbul jika masalah tidak diatasi), dan intervensi (deskripsi beberapa strategi pembelajaran sebagai alternatif untuk memecahkan masalah). Jadi penentuan masalah dan analisis masalah merupakan prosedur awal dari PTK.

Prosedur kedua adalah rencana pemecahan masalah atau rencana tindakan. Hal-hal yang direncanakan pada tahap ini adalah memilih dan menentukan pokok bahasan yang akan dijadikan objek PTK; memilih dan menetapkan strategi pembelajaran sebagai tindakan pemecahan masalah; menyusun langkah-langkah penerapan strategi dalam bentuk desain atau rencana pembelajaran; merumuskan kembali masalah, dan diikuti dengan hipotesis tindakan. Jadi ada semacam kegiatan hierarkis pada prosedur ini. Dimulai dari pokok bahasan yang akan diteliti dan diakhiri dengan perumusan hipotesis tindakan.

Perumusan kembali masalah dan hipotesis tindakan disarankan oleh Aleks Maryunis (2002) sebagai berikut:

Masalah:         Apakah dengan melakukan … dapat dicapai …?

Hipotesis Tindakan:    Dengan melakukan … dapat dicapai ….

Prosedur ketiga adalah adalah penetapan rencana pengumpulan data. Hal yang direncanakan pada bagian ini adalah penyusunan instrumen pengumpul data. Instrumen yang disusun ditetapkan untuk pengumpulan data apa, digunakan kapan, dan yang menggunakan siapa, jika memerlukan responden, respondennya siapa dan jumlahnya berapa. Pada bagian ini benar-benar terlihat hal-hal yang berhubungan dengan pengumpulan data.

Prosedur keempat adalah rencana analisis data. Pada bagian ini ditetapkan teknik untuk menganalisis data. Dengan cara atau teknik bagaimana data dianalisis, ditetapkan pada bagian ini. Selain itu, pada bagian ini juga ditetapkan interpretasi data atau refleksi. Dengan demikian, rencana tindakan selanjutnya dapat disusun berdasarkan hasil refleksi. Begitulah seterusnya sampai pada siklus yang kesekian.

2.6 Masalah-masalah yang Dapat Diteliti

Hopkins dalam Djojosuroto (2004:149 – 150) mengelompokkan masasalah yang dapat diteliti atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah pembelajaran (learning), kelompok kedua pengelolaan kelas (class managemen). Hal yang berkenaan dengan pembelajaran (learning) yang dapat diteliti di antaranya adalah:

(a) pemahaman konsep yang tidak tepat;

(b) kesulitan membaca lambang-lambang;

(c) kesulitan menulis dengan rapi;

(d) kesalahan strategi belajar;

(e) rendahnya prestasi belajar.

Hal yang berkaitan dengan pengelolaan kelas (class managemen) yang dapat diteliti antara lain meliputi:

(a) sering terlambat hadir dalam kelas;

(b) sikap pasif di kelas;

(d) sikap agresif terhadap guru;

(e) sering mengantuk;

(f) sering membolos;

(g) menyontek ketika ujian;

(h) sering tidak menyelesaikan tugas tepat waktu.

2.7 Proposal dan Laporan PTK

Proposal atau rencana PTK dibuat sebelum penelitian dilakukan. Proposal ini akan menjadi pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Selain itu, proposal juga berguna sebagai bahan untuk mendapatkan dukungan dari pihak sponsor. Dukungan sponsor itu dapat berupa dukungan moral, material, dan dana. Dengan demikian, ada dua fungsi proposal yakni, sebagai pedoman bagi peneliti dan sebagai bahan pertimbangan bagi sponsor untuk membantu pelaksanaan penelitian.

Kerangka atau sistematika proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) banyak variasinya. Variasi itu lebih banyak dipengaruhi oleh jenis rujukan atau ragam pakar yang merumuskannya. Meskipun variasnya banyak, pada hakikatnya variasi itu tidak mengubah konsep dan prinsip proposal PTK. Hal yang disajikan di sini adalah salah satu variasi itu.

Halaman Judul

Halaman Pengesahan

1. Pendahuuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.3 Manfaat Penelitian



2. Kajian Pustaka dan Hipotesis Tindakan



3. Metode Penelitian

3.1 Setting Penelitian

3.2 Subjek Penelitian

3.3 Sumber Data

3.4Teknik dan Alat Pengumpul Data

3.5 Teknik Analisis Data

3.6 Indikator Kinerja

3.7 Prosedur Penelitian



4. Hasil Penelitian dan Pembahasan *)

 4.1 Deskripsi Hasil

 4.2 Pembahasan



5. Penutup*)

 5.1 Simpulan

 5.2 Saran

Lampiran:

Kepustakaan

Personalia Peneliti

Jadwal Penelitian

Rencana Anggara Biaya



3. Pertanyaan dan Tugas

3.1 Pertanyaan

(1)  Jelaskan secara ringkas konsep dasar dan pengertian penelitian tindakan kelas (PTK)!

(2)  Ungkapkanlah dengan jelas  karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK)!

(3)  Jelaskanlah secara ringkas  prinsip-prinsip penelitan tindakan kelas (PTK)!

(4)  Ungkapkanlah secara ringkas tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas (PTK)!

(5)  Deskripsikanlah secara ringkas prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)!

3.2 Tugas

(1) Susunlah rencana penelitian tindakan kelas berdasarkan alur pelatihan ini!

(2) Lakukan penelitian sesuai dengan rencana yang disusun!

(3) Susunlah laporan hasil penelitian!

Mudah-mudahan PANDUAN MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK ini bermanfaat 


Reviewer : 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar